Senin, 22 Oktober 2012
10 Tahun, 500 Wartawan Tewas tanpa Jejak Hukum
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bersama ribuan jurnalis di seluruh
dunia memperingati kampanye anti pembiaran atau pembebasan pelaku
kejahatan (impunitas), yang telah menewaskan lebih dari 500 wartawan
dari berbagai negara.
Berdasarkan data International Freedom of Expression Exchange (IFEX),
dalam 10 tahun terakhir tercatat lebih dari 500 wartawan dari berbagai
negara tewas, dan sembilan dari sepuluh kasus tersebut pelakunya lepas
dari tanggung jawab hukum. Data tersebut juga menyebutkan beberapa
negara dengan angka impunitas tertinggi yang dipimpin Irak, dengan
membiarkan 92 wartawan tewas tanpa ada penegakan hukum, disusul
Pakistan, Somalia, Afganistan, serta Filipina.
Hari ini Rabu, (23/11), Aliansi Jurnalis Independen menuntut pemerintah
agar mengungkap dan menangkap para pembunuh wartawan di semua negara.
Kita harus memastikan para jurnalis bekerja dalam kondisi aman dan
terlindungi saat menjalankan profesi jurnalistiknya, kata Ketua AJI
Nezar Patria dalam kampanye itu.
Kampanye anti impunitas pembunuhan kepada wartawan ini merupakan bentuk
solidaritas AJI atas kasus pembantaian terhadap 32 wartawan di Kota
Ampatuan, Provinsi Maguindanau, Filipina pada 23 November 2009 lalu.
Namun sayangnya hingga saat ini pemerintah Filipina belum dapat
mengungkap dan menangkap pelakunya ke pengadilan.
Sebelumnya, AJI Yogyakarta juga memprotes Kepolisian Daerah Istimewa
Yogyakarta yang akan menghentikan penyidikan kasus pembunuhan wartawan
Bernas, Fuad Muhammad Syafruddin (Udin), yang dibunuh pada 16 Agustus
1996 di Bantul. Mereka mendesak Polri mengungkap pembunuhan Udin sebelum
kasus ini kadaluawarsa pada tahun ke-18.
Diketahui Polri juga pernah sukses mengungkap kasus pembunuhan wartawan
Radar Bali AA Narendra Prabangsa pada 2009, sehingga Pengadilan Negeri
Denpasar menghukum para pembunuh wartawan dengan penjara mulai dari
delapan tahun sampai seumur hidup.
Memperingati tahun ke dua Hari Impunitas Internasional, AJI menuntut
Kepolisian Republik Indonesia (Polri) agar menuntaskan berbagai kasus
pembunuhan jurnalis, termasuk kasus Udin di Yogya. AJI juga mengecam
bebasnya pelaku pembunuhan terhadap wartawan Sun TV Ridwan Salamun di
Tual, Maluku Tenggara, oleh Pengadilan Negeri Tual, terang Pengurus
Divisi Advokasi AJI Indonesia, Eko Maryadi.
Dalam Kampanye Internasional Anti Impunitas ini, AJI menyerukan kepada
pemerintah Indonesia untuk serius dalam penegakan hukum, termasuk
mengungkap semua kasus pembunuhan jurnalis di Indonesia secara tuntas.
Pembiaran aparat pemerintah terhadap tindak kekerasan dan pembunuhan
jurnalis merupakan pelanggaran serius terhadap Hak Asasi Manusia dan
berpotensi mengancam kemerdekaan pers.
AJI akan mengawal kasus-kasus pembunuhan tersebut dan tidak ragu
membawanya ke komunitas internasional apabila pemerintah menunjukkan
itikad pembiaran dan melanggengkan impunitas, tandas Nezar.
Data AJI sendiri menyebutkan, selama periode 2005 sampai 2010 terjadi
321 kasus kekerasan termasuk pembunuhan terhadap jurnalis di Indonesia.
Sejak 1996 AJI mencatat 10 kasus pembunuhan wartawan, sebagian besar
dari kasus itu belum terungkap atau dibiarkan menjadi misteri. Sepuluh
kasus pembunuhan itu adalah:
1. Alfrets Mirulewan (Tabloid Pelangi), tewas pada 18 Desember 2010 di
Pulau Kisar, MalukuBarat Daya.
2. Ridwan Salamun (Sun TV), tewas pada 20 Agustus 2010 di Tual, Maluku
Tenggara.
3. Ardiansyah Matrais (Merauke TV), ditemukan tewas pada 29 Juli 2010 di
Merauke, Papua.
4. Muhammad Syaifullah (Kompas), ditemukan tewas pada 26 Juli 2010 di
Balikpapan.
5. Anak Agung Prabangsa (Radar Bali), ditemukan tewas pada 16 Februari
2009 di PadangBai, Bali.
6. Herliyanto (wartawan freelance), tewas pada 29 April 2006 di
Probolinggo, Jawa Timur.
7. Elyudin Telaumbanua (Berita Sore), hilang sejak 24 Agustus 2005 di
Nias, Sumatera Utara.
8. Ersa Siregar (RCTI), tewas tertembak pada 29 Desember 2003 di ropinsi
Aceh.
9. Agus Mulyawan (Asia Press), tewas pada 25 September 1999 di Los
Palos, Timor Timur.
10. Fuad Muhammad Syarifuddin (Bernas Yogya), dibunuh pada 16 Agustus
1996 di Bantul, Yogyakarta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar